Indonesia memiliki kekayaan alam yang luar biasa, begitu juga varian pangan yang melimpah. Generasi muda hendaknya bisa memanfaatkan kekayaan alam tersebut dengan tetap menjaga kelestarian alam.
Pesan ini disampaikan maestro lukis dan seniman tersohor Nasirun saat menjadi pembicara dalam acara Temu Pangan yang digelar oleh Komunitas Pangan Fest di Komplek Giga Show, Jalan Gito-Gati, Rejodani, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta, Minggu (16/6/2024).
“Sekarang kan lagi tren, semuanya sedang berbicara tentang pangan bicara tentang lingkungan. Tapi itu kan global sebenarnya, bukan hanya masalah kita sendiri. Justru itu yang kalau kita generasi yang global ini tidak action-kan kita hanya menjadi terjebak di fatamorgana. Bisa-bisa kita tuh berbicara maaf tentang lingkungan, tapi tanpa disadari kita justru menjadi generasi yang akan merusak lingkungan. Ini kan yang sangat dikhawatirkan,” kata Nasirun.
Dalam talkshow yang dimoderatori oleh Direktur PT Asri Dharma Sejahtera (ADS) BUMD Bojonegoro, Nasirun berbagi perjalanan hidup dan pandangannya terkait lingkungan yang penuh inspirasi.
Seniman yang merupakan alumni Jurusan Seni Lukis ISI ini mengungkapkan pandangannya terkait kaitan penciptaan karya seni dengan lingkungan, proses yang harus dinikmati, hingga pesan kepada anak muda agar tak merantau meninggalkan desanya.
“Proses penciptaan seni harus dinikmati, dan lingkungan sekitar kita adalah inspirasi yang tak terbatas,” ujar Nasirun. Ia juga menekankan pentingnya bagi generasi muda untuk tetap menghargai dan memelihara budaya serta lingkungan desa mereka.
Di akhir sesi talkshow, Nasirun dengan rendah hati mengatakan, “Saya belum maestro. Tapi semoga alam merestui.”
Dirut PT ADS yang akrab disapa Mas Dhory, mengapresiasi sekaligus mengucapkan terima kasih karena telah diundang dalam acara Temu Pangan ini. “Kegiatan seperti Temu Pangan sangat penting untuk mempererat hubungan sosial dan budaya antar masyarakat. Ini adalah wadah untuk merayakan kreativitas dan keberagaman,” ujarnya.
Maestro seni lukis yang terkenal dengan penggunaan elemen kebudayaan Jawa dalam setiap karyanya ini berpesan, generasi muda harus bisa berkontribusi di bidangnya masing-masing, dengan semangat nasionalisme serta menjadikan kemanusian sebagai sandaran. Generasi muda harus ikut mempromosikan isu soal ketahanan pangan dengan tetap menjaga kelestarian alam dan lingkungan.
Panitia Temu Pangan, Haedar menuturkan Temu Pangan baru pertama kali digelar Panganfest, perusahaan yang berfokus pada ketahanan pangan di Indonesia. Temu Pangan merupakan inisiatif Panganfest untuk mengantisipasi potensi krisis pangan yang diproyeksikan terjadi pada 2040.
“Karena ini acara pertama, kami ingin mengumpulkan dan bersinergi antara komunitas seni, pangan, minuman, dan lingkungan. Kami ingin kolaborasi antar komunitas untuk bersinergi dan bersama-sama. Meskipun tujuan utama kami tetap ketahanan pangan, kami menyadari bahwa untuk mencapainya, kami tidak bisa berdiri sendiri hanya dari industri pangan saja. Oleh karena itu, kami ingin bersinergi dengan industri dan sektor lainnya,” ujar perwakilan dari Panganfest.
Acara ini, lanjut Haedar, juga berkolaborasi dengan Pengusaha Kreatif Jaya (PKJ), komunitas entrepreneur di Jogja untuk memperkuat jejaring dan kontribusi dari berbagai sektor.
Dia menambahkan, Temu Pangan menjadi platform pertama untuk melihat respon dan saran dari berbagai pihak. Jika mendapat respon positif, Panganfest akan menjadi kegiatan reguler dan digelar di sejumlah daerah di Indonesia. Dengan demikian, diharapkan akan tercipta kolaborasi yang lebih luas dan kuat dalam upaya menjaga ketahanan pangan nasional.
Di acara Temu Pangan terdapat 24 stand makanan dan minuman. Selain itu, acara juga dimeriahkan live musik menghadirkan Laras & Friends dan Sabriyana, serta acara sosialisasi sampah daur ulang dan workshop pembuatan wayang.