Badan Kerja Sama (BKS) Blok Cepu kembali menggelar kuliah praktisi Migas di Bojonegoro bertajuk Introduction to Oil and Gas Industry, kuliah praktisi migas yang digelar kali kedua ini kini bertempat di Universitas Bojonegoro (Unigoro).
Sebagai upaya untuk mengenalkan industri migas di tingkat akademisi di Bojonegoro, kuliah praktisi ini diikuti oleh ratusan mahasiswa dan dibuka keynote speech yakni Pj Bupati Bojonegoro, Adriyanto, SE., MM., Ph.D.,
Menurut Pj Bupati Bojonegoro, dampak industri migas sangat kompleks. Namun industri tersebut juga penuh ketidakpastian. Karena bahan utamanya ada di dalam perut bumi dan harus diambil menggunakan teknologi khusus. Teknologi ini hanya dimiliki oleh perusahaan asing. Minyak yang telah diambil dari Bojonegoro tidak serta merta bisa langsung dijual. Adriyanto mendorong adanya industri hilir migas di untuk meningkatkan nilai jualnya. “Teknisnya di lapangan saat ini setelah ambil minyaknya di Bojonegoro, lalu dibawa ke Tuban untuk disimpan di FSO (Floating Storage and Offloading) Gagak Rimang, lalu diolahnya di perusahaan kilang Kaltim (Kalimantan Timur). Nah nilai tambahnya tidak banyak karena kita hanya menghasilkan bahan mentah. Mudah-mudahan ilmu yang akan dibagikan pemateri pada hari ini bisa diserap dengan baik, serta para mahasiswa aktif bertanya. Karena Unigoro adalah lumbung ilmu pengetahuan,’’ bebernya.
Ada dua pemateri yang dihadirkan dalam kuliah praktisi yang dimoderatori oleh Mohammad Kundori selaku Direktur Utama PT. ADS Bojonegoro. Yakni Hadi Ismoyo selaku Direktur Utama PT. Petrogas Jatim Utama Cendana, serta Suko Hartono selaku Direktur PT. Sarana Patra Hulu Cepu.
Di hadapan para mahasiswa, Hadi mengungkapkan, ada banyak resource (sumber, Red) minyak bumi di kawasan Bojonegoro dan sekitarnya yang belum dieksploitasi. Namun dia menegaskan, aktivitas eksploitasi minyak harus dibarengi dengan lingkungan sekitar yang kondusif dan komitmen investasi. “Masih banyak resource di Bojonegoro, Nganjuk, Ngawi, dan Blora. Tetapi kita harus mengundang investor untuk eksploitasi. Pemkab Bojonegoro juga harus friendly kepada investor untuk memberikan kemudahan dalam berinvestasi,’’ ungkapnya.
Dia menambahkan, ada beberapa peluang bisnis migas di Bojonegoro yang bisa dijajaki. Antara lain bisnis hulu, hilir, suplai logistik, dan jasa. “Yang paling penting teman-teman harus meningkatkan skill, berpatisipasi aktif dalam berbagai forum untuk belajar networking, serta belajar tentang migas dari segi teknik dan regulasi,” imbuh Hadi.
Sementara itu, Suko banyak memaparkan tentang dampak hilirisasi migas. Menurut dia, modal yang paling banyak dikeluarkan untuk hilirisasi adalah proses kilang. Di Bojonegoro sendiri, sudah ada mini kilang milik PT. Tri Wahana Universal (TWU) di Kecamatan Kalitidu. “Kilang di PT. TWU sudah disiapkan. Tapi kita juga harus menyiapkan SDM-nya agar perusahaan kilang minyak tersebut bisa tetap eksis,” ucapnya.
Dia juga menyarankan kepada Pemkab Bojonegoro untuk mengeksploitasi gas alam cair atau Liquefied Natural Gas (LNG). LNG bisa menggantikan Liquefied Petroleum Gas (LPG) yang banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Dengan harapan Bojonegoro bisa menjadi daerah yang mandiri energi. “Tantangan Bojonegoro hari ini adalah menyiapkan infrastruktur, SDM, dan kemudahan perizinan untuk berinvestasi di bidang industri hilir migas,” kata Suko.
Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama, Ir. H. Noor Djohar, MM., mengucapkan terima kasih kepada PT. ADS Bojonegoro atas kerja sama menyelenggarakan kuliah praktisi tersebut. Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Yayasan Suyitno Bojonegoro, Dr. Arief Januwarso, S.Sos., M.Si. Dia menjelaskan, Unigoro mewajibkan setiap prodi menggelar kuliah praktisi minimal empat kali per semester.